Rabu, 24 November 2021

UPT PUSKESMAS BUHIT
VISI dan MISI VISI “Menjadikan Puskesmas Buhit sebagai Puskesmas Pelayanan Prima (Excellent Service) menuju Kecamatan Pangururan Sehat” MISI Menggerakan pembangunan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Buhit; Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Buhit; Memelihara dan meningkatkan mutu pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Buhit; Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya. HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN HAK PASIEN : Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Puskesmas. Mendapatkan informasi atas : Penyakit yang diderita; Tindakan medis yang akan dilakukan dan kemungkinan penyulit akibat tindakan tersebut, cara mengatasinya dan alternatif lainnya; Upaya pencegahan agar penyakit tidak kambuh lagi atau pencegahan agar anggota keluarga/orang lain tidak menderita yang sama. Meminta konsultasi medis. Menyampaikan pengaduan, saran, kritik dan keluhan berkaitan dengan pelayanan. Memperoleh layanan bermutu, aman, nyaman, jujur dan manusiawi. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit dideritanya kecuali untuk kasus KLB yang dapat membahayakan masyarakat. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan. Keluarga dapat mendampingi saat menerima pelayanan kesehatan. KEWAJIBAN PASIEN : Membawa kartu identitas. Membawa kartu jaminan kesehatan. Mengikuti alur Puskesmas. Mentaati aturan pelayanan dan mematuhi nasehat serta petunjuk pengobatan. Memberikan informasi yang benar dan lengkap tentang masalah kesehatannya kepada tenaga kesehatan di Puskesmas. JAM BUKA PELAYANAN UPT PUSKESMAS BUHIT (SETIAP HARI) PAGI : 08.00 Wib s/d 14.00 Wib SORE : 14.10 Wib s/d 20.15 Wib MALAM : 20.30 Wib s/d 07.45 Wib ADMINISTRASI : 08.00 Wib s/d 13.45 Wib Pasien Emergency (Keadaan Darurat) 24 Jam Menerima Pasien Peserta JKN/UMUM ALUR PELAYANAN UPT PUSKESMAS BUHIT ALUR PELAYANAN PENDAFTARANALUR PELAYANAN GLOBALALUR KIA-KBALUR POLI GIGIALUR UGDALUR PELAYANAN LANSIA » INFORMASI LAIN « DENAH PUSKESMASKETENTUAN PELAYANAN MAKLUMAT PELAYANAN “KAMI SIAP MEMBERIKAN PELAYANAN SESUAI DENGAN STANDAR PELAYANAN, DAN APABILA KAMI TIDAK MEMBERIKAN PELAYANAN SESUAI DENGAN STANDAR YANG TELAH DITETAPKAN, KAMI SIAP MENERIMA SANKSI SESUAI DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN” JENIS-JENIS PELAYANAN DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS BUHIT: NO JENIS PELAYANAN BIAYA JAM PELAYANAN TEMPAT PELAYANAN A. UPAYA KESEHATAN PERORANGAN 1 UGD / EMERGENCY GRATIS 24 Jam Puskesmas 2 Pelayanan Poli Umum GRATIS 08.00 Wib s/d 14.00 Wib Puskesmas 3 Pelayanan Pengkajian Klinis GRATIS 08.00 Wib s/d 14.00 Wib Puskesmas 4 Pelayanan KIA-KB dan Imunisasi GRATIS 08.00 Wib s/d 14.00 Wib Puskesmas dan Posyandu 5 Pelayanan Persalinan Jampersal 24 Jam Puskesmas dan Fasyankes Persalinan 6 Pelayanan Gizi . Ruangan ASI GRATIS 08.00 Wib s/d 14.00 Wib Puskesmas 7 Pelayanan Kesehatan Lingkungan GRATIS 08.00 Wib s/d 14.00 Wib Puskesmas 8 Pelayanan HIV/AIDS GRATIS 08.00 Wib s/d 14.00 Wib Puskesmas 9 Pelayanan Tuberculosis (DOTs) GRATIS 08.00 Wib s/d 14.00 Wib Puskesmas 10 Pelayanan Obat GRATIS 08.00 Wib s/d 14.00 Wib Puskesmas, Pustu dan Polindes 11 Pelayanan Laboratorium GRATIS 08.00 Wib s/d 14.00 Wib Puskesmas 12 Pelayanan Administrasi dan Informasi GRATIS 08.00 Wib s/d 14.00 Wib Puskesmas 13 Pelayanan Kesehatan Jiwa GRATIS 08.00 Wib s/d 14.00 Wib Puskesmas B. UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT 1 UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT ESENSIAL 1) Program Promosi Kesehatan GRATIS Disesuaikan dengan Jadwal Desa wilayah kerja Puskesmas 2) Program Kesehatan Ibu, Anak, Imunisasi dan KB GRATIS Disesuaikan dengan jadwal imunisasi Posyandu wilayah kerja Puskesmas 3) Program Gizi GRATIS Disesuaikan dengan Jadwal Desa wilayah kerja Puskesmas 4) Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (Filariasis, Frambusia, Kusta, DBD dan Hepatitis) GRATIS Disesuaikan dengan Jadwal Desa wilayah kerja Puskesmas 5) Program Kesehatan Lingkungan GRATIS Disesuaikan dengan Jadwal Desa wilayah kerja Puskesmas 6) Program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) GRATIS Disesuaikan dengan jadwal di sekolah Sekolah SD, SMP dan SMA/SMK 7) Program Posbindu – PTM (IVA Test) GRATIS Disesuaikan dengan Jadwal Desa wilayah kerja Puskesmas 8) Posyandu Terintegrasi GRATIS Disesuaikan dengan Jadwal Posyandu wilayah kerja Puskesmas 2 UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT PENGEMBANGAN 1) Usaha Kesehatan Gigi dan Mulut di Masyarakat GRATIS Disesuaikan dengan Jadwal Desa wilayah kerja Puskesmas 2) Program Kesehatan Jiwa GRATIS Disesuaikan dengan Jadwal Desa wilayah kerja Puskesmas 3) Program Lansia GRATIS Disesuaikan dengan Jadwal Desa wilayah kerja Puskesmas KEPALA PUSKESMAS BUHIT, EFI D. SITANGGANG, S. Kep, M.H NIP. 19850827 200904 2 003
FISSURE SEALANT Karies gigi terjadi ketika struktur permukaan jaringan keras gigi mengalami kerusakan. Kondisi ini ditandai dengan kemunculan bercak putih atau cokelat pada permukaan email gigi. Salah satu cara mencegah karies gigi adalah dengan prosedur fissure sealant. Perawatan gigi ini bekerja dengan menutup pit dan fissure yang dalam. Mengenal Pit dan Fissure Permukaan gigi belakang (geraham) yang kita pakai untuk mengunyah sebenarnya tidak benar-benar rata dan datar, melainkan memiliki ceruk-ceruk yang sempit dan dalam (pit dan fissure). Kedalaman dan bentuk pit dan fissure setiap orang berbeda. Ada yang memiliki pit dan fissure di permukaan gigi geraham yang lebih dalam dan sempit dibandingkan yang lain. Kondisi gigi dengan pit dan fissure yang dalam sangat berpotensi menjadi tempat menumpuknya sisa makanan. Jika tidak dibersihkan, maka akan berubah menjadi pusat berkembangnya bakteri, yang lama kelamaan bisa menyebabkan karies gigi dan gigi berlubang. Biasanya, gigi geraham dengan pit dan fissure paling dalam dimiliki anak yang gigi tetapnya baru tumbuh, yaitu sekitar usia 6-7 tahun. Namun, tidak menutup kemungkinan bagi orang dewasa untuk mengalaminya. Menurut Journal of American Dental Association, diperkirakan 84 persen dari karies yang dialami oleh individu berusia 5-17 tahun melibatkan permukaan gigi bagian pit dan fissure. Pada orang dewasa, karies gigi yang paling sering terjadi adalah karies menggaung, yakni kondisi saat permukaan gigi secara kasatmata tampak utuh karena lapisan email masih ada. Namun sebetulnya, karies sudah menggerogoti lapisan dentin di bawahnya.
Manfaat Fissure Sealant untuk Mencegah Karies Gigi Manfaat fissure sealant dalam mencegah karies gigi adalah dengan menutup pit dan fissure gigi yang dalam. Tindakan tersebut membuat permukaan gigi geraham menjadi lebih rata dan datar tanpa celah. Tindakan ini memungkinkan adanya penghalang antara gigi dengan sisa makanan ataupun bakteri, sehingga bakteri tidak bisa masuk dan berkembang di dalam celah tersebut. Prosedur fissure sealant sudah sejak lama menjadi cara yang efektif untuk mencegah karies gigi. Dengan pemeliharaan gigi dan mulut yang baik serta prosedur aplikasi yang sesuai standar operasional, bahan sealant dapat bertahan hingga bertahun-tahun. Sein itu, manfaat lain dari fissure sealant adalah memperkecil biaya yang mungkin dikeluarkan untuk penambalan gigi atau perawatan gigi lainnya di kemudian hari. Prosedur penggunaan fissure sealant menggunakan bahan tambal adhesive berbahan dasar resin yang dapat mengalir ke dalam pit dan fissure. Bahan ini dikeraskan dengan bantuan sinar. Bahan lain yang juga bisa digunakan untuk fissure sealant adalah kapsul glass ionomer. Bahan ini bisa menutupi bagian pit dan fissure, sekaligus memberikan perlindungan terhadap lapisan email gigi. Perlindungan diberikan karena sifatnya yang dapat melepas fluor. Pemberian fluor dapat memperkuat gigi sehingga mencegah terjadinya karies gigi. Siapa Saja yang Bisa Melakukan Fissure Sealant? Prosedur pit dan fissure sealant sangat disarankan segera pada dua kondisi: Gigi molar (geraham) pertama baru tumbuh, yaitu saat anak berusia ± 6 tahun. Gigi molar kedua baru tumbuh, yaitu saat anak berusia ± 12 tahun. Prosedur ini penting dilakukan bagi anak-anak dengan risiko karies yang tinggi, misalnya: Anak berkebutuhan khusus yang tidak mampu menyikat gigi dengan baik. Anak dengan disabilitas motorik. Anak dengan kebiasaan ngemil yang manis-manis di sela waktu makan. Anak yang jarang ke dokter gigi. Anak yang memakai kawat gigi. Anak dengan kondisi penyakit yang mempengaruhi kelenjar ludah sehingga mulut kering. Selain itu, manfaat fissure sealant juga bisa diperoleh orang dewasa dengan kondisi medis yang menyebabkan menurunnya produksi air ludah. Namun sebelumnya, pemeriksaan saksama perlu dilakukan pada gigi geraham orang dewasa. Ini dilakukan untuk memastikan ada atau tidaknya karies di bagian pit dan fissure. Jika sudah ada karies, maka penanganannya bukan lagi dengan pit dan fissure sealant, melainkan dengan preparasi dan penambalan yang sesuai. Gigi yang mengalami karies seperti ini biasanya belum menimbulkan rasa sakit atau ngilu. Jadi, karies gigi baru bisa terdeteksi oleh dokter gigi saat pasien melakukan pemeriksaan.
SCALLING Scaling gigi adalah prosedur pembersihan karang gigi dengan menggunakan alat yang disebut dengan ultrasonic scaler. Karang gigi atau tartar itu sendiri adalah tumpukan plak yang menempel dan mengeras pada permukaan gigi. Karang gigi membuat tampilan gigi tampak tidak terawat. Pasalnya, plak yang mengeras cenderung berwarna kusam, bisa berwarna kuning kecokelatan hingga hitam. Alat ultrasonic scaler akan menghasilkan getaran yang mampu menghancurkan dan merontokkan karang di sela-sela hingga bagian terdalam gigi. Tak hanya itu, alat ini juga dapat membersihkan karang gigi di garis gusi yang sulit dijangkau dengan bulu sikat gigi. Saat melakukan scaling, Anda mungkin merasakan gusi bengkak, nyeri, atau bahkan berdarah. Hal ini terjadi karena gusi dan gigi yang berkarang sedang menyesuaikan diri dengan proses scaling agar kembali bersih seperti kondisi semula. Kapan Anda perlu melakukan scaling gigi? Karang gigi tidak mudah dibersihkan hanya dengan menyikat gigi rutin atau menggunakan benang gigi (dental floss) saja. Maka dari itu, Anda perlu ke dokter gigi untuk menjalani prosedur scaling. Scaling dapat membersihkan karang gigi yang sangat keras sekali pun. Anda disarankan menjalani scaling setiap enam bulan sekali. Namun untuk kasus yang berat, misalnya ada memiliki gejala penyakit gusi, maka scaling dapat dilakukan sesegera mungkin atau tiga bulan sekali. Apa saja manfaat scaling gigi? Beberapa manfaat yang dapat Anda rasakan setelah menjalani keseluruhan prosedur scaling gigi, di antaranya: Menghindari risiko gigi berlubang (karies) dan kerusakan gigi lainnya Menghindari risiko penyakit gusi (periodontitis) Menghilangkan noda gigi–bercak cokelat di gigi berasal dari teh, kopi, atau rokok Menghindari bau mulut tidak sedap Menghemat biaya perawatan gigi di masa mendatang
Persiapan sebelum scaling gigi Sebelum menjalankan prosedur ini, dokter akan terlebih dahulu memeriksa kondisi gigi dan mulut Anda. Dokter biasanya akan menanyakan kondisi kesehatan gigi dan mulut, serta kebiasaan Anda dalam merawat gigi. Jangan lupa memberi tahu dokter semua obat yang sedang Anda minum. Entah itu suplemen makanan, vitamin, obat resep maupun non-resep, hingga obat herbal. Beri tahu pula tentang riwayat penyakit dan alergi yang mungkin Anda miliki, khususnya riwayat penyakit yang terkait dengan gangguan darah. Pastikan Anda menjelaskan kondisi kesehatan Anda secara jelas dan rinci. Semua informasi ini memudahkan dokter untuk menentukan perawatan yang tepat sesuai dengan kondisi Anda. Setelahnya dokter akan segera memeriksa lokasi karang gigi dengan menggunakan bantuan cermin kecil. Bila diperlukan, dokter mungkin dapat melakukan rontgen gigi dengan sinar-X untuk melihat lebih detail kondisi gigi Anda. Prosedur scaling gigi di dokter Prosedur scaling gigi tidak mengharuskan Anda menginap di rumah sakit atau melakukan kunjungan beberapa kali. Pembersihan karang gigi ini biasanya hanya butuh waktu sekitar 30 sampai 120 menit. Lamanya waktu scaling tergantung pada tingkat keparahan karang gigi. Bila plak dan karang gigi tidak terlalu banyak, maka proses scaling akan lebih cepat. Beberapa prosedur yang dilakukan selama proses scaling gigi umumnya meliputi: Dokter akan memberikan anestesi lokal untuk membantu mengendalikan rasa sakit dan perdarahan. Anda akan tetap sadar, namun tidak merasakan rasa sakit selama proses berlangsung. Dokter akan melakukan scaling subgingival untuk mengangkat kerak gigi yang berada di antara gusi dan dasar mahkota gigi. Dokter terlebih dahulu akan menggunakan ultrasonic scaler, juga dengan scaler manual untuk membersihkan plak dan karang gigi yang sulit dijangkau. Jika Anda sudah telanjur memiliki kondisi penyakit gusi (periodontitis), dokter juga akan melakukan prosedur root planing untuk menghaluskan akar gigi supaya gusi dapat menempel erat kembali. Dokter akan membersihkan area gigi dan gusi lain untuk membersihkan bakteri yang tersisa. Anda juga akan diminta untuk berkumur beberapa kali. Pemulihan setelah scaling gigi Setelah proses scaling selesai, Anda akan langsung diperbolehkan pulang. Mungkin akan terjadi efek samping scaling gigi, seperti gusi bengkak dan rasa tidak nyaman yang akan hilang setelah beberapa waktu. Maka dari itu, dokter biasanya akan meminta Anda untuk puasa makan dan minum, minimal 30-60 menit setelah scaling. Bila diperlukan, dokter akan memberi resep obat pereda nyeri untuk meringankan rasa sakit yang mengganggu. Antibiotik dan obat kumur (mouthwash) juga dapat diresepkan untuk mencegah infeksi dan mempercepat proses penyembuhan. Antibiotik harus diminum sesuai dengan aturan dokter. Jangan menambah atau mengurangi dosis obat sembarangan. Penggunaan antibiotik yang asal-asalan dapat memberikan efek samping berbahaya bagi tubuh Anda.

Selasa, 23 November 2021

BIMBINGAN KONSELING TENTANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT DIMASA PANDEMI MELALUI DARING (DALAM JARINGAN) / MEDIA ELEKTRONIK

Minggu, 31 Oktober 2021

EFFECT OF A TOOTHPASTE/MOUTHWASH CONTAINING CARICA PAPAYA LEAF EXTRACT ON INTERDENTAL GINGIVAL BLEEDING: A RANDOMIZED CONTROLLED TRIAL

Ina Salasi 1, Juan Carlos Llodra 2,*, Manuel Bravo 2, Paul Tramini 3, Claude Dussart 1 NSéphane viennot 1 dan Florence Carrouel 1 , 1 Laboratorium “Perawatan Kesehatan Sistemik”, EA4129, Universitas Lyon, 69008 Lyon, Prancis; inasaliasi@yahoo.com (IS); claude.dussart@univ-lyon1.fr (CD); stephane.viennot@univ-lyon1.fr (SV); florence.carrouel@univ-lyon1.fr (FC) Departemen Kedokteran Gigi Pencegahan dan Komunitas, Fakultas Odontologi, Universitas Granada, 18010 Granada, Spanyol; mbravo@ugr.es Departemen Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Montpellier, 34090 Montpellier, Prancis; paul.tramini@orange.fr * Korespondensi: juancarlosllodra@gmail.com ; Telp.: +34-958240658 2 3 - - - - - - - - Diterima: 5 Oktober 2018; Diterima: 23 November 2018; Diterbitkan: 27 November 2018 Abstrak: Penelitian klinis tentang pasta gigi berbahan dasar herbal +/- produk obat kumur sangat terbatas dibandingkan dengan kebanyakan penelitian tentang produk perawatan mulut konvensional dalam kondisi kebersihan mulut normal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan efek anti-inflamasi dari tanaman baru Carica pepaya ekstrak daun (CPLE) pada perdarahan interdental pada subyek sehat. Dalam penelitian desain paralel single-blind acak ini, subjek yang memenuhi syarat umumnya adalah non-perokok yang sehat, berusia 18-26 tahun, yang menunjukkan kondisi periodontal yang sehat pada awal penelitian. Para peserta sama-sama diacak ke dalam empat kelompok berikut: pasta gigi CPLE, pasta gigi dan obat kumur CPLE, pasta gigi bebas enzim yang mengandung sodium lauryl sulfate (SLS), dan pasta gigi yang mengandung enzim bebas SLS dengan obat kumur minyak esensial (EO). Subjek diinstruksikan untuk menyikat gigi dua kali sehari tanpa mengubah kebiasaan menyikat gigi lainnya. Perdarahan interdental (BOIP) diukur dari inklusi (T0) sampai minggu keempat (T4) dari studi. Kemanjuran klinis dinilai setelah satu, dua, tiga dan empat minggu penggunaan di rumah. Analisis membandingkan BOIP antar kelompok dan kemudian dibatasi pada peserta dengan≥70% dan kemudian ≥80% situs perdarahan di T0. Perbandingan berpasangan antara kelompok dilakukan di T0 dan T4, dan regresi logistik yang mengidentifikasi korelasi perdarahan gingiva (T4). Di antara 100 subjek (2273 situs interdental), persentase median situs perdarahan per peserta di T0 adalah 65%. Situs perdarahan menurun secara dramatis pada semua kelompok antara T0 dan T4 (variasi relatif dari -54% ke -75%, P < 0,01 untuk semua). Perdarahan gingiva tidak berbeda secara signifikan antara pasta gigi CPLE dan pasta gigi bebas SLS +/- Grup obat kumur EO (dari P = 0,05 sampai P = 0,86), terlepas dari tingkat risiko dasar. Di antara pengguna pasta gigi CPLE, lebih sedikit situs perdarahan yang diamati ketika pasta gigi dan obat kumur digabungkan dibandingkan dengan situs perdarahan pada mereka yang menggunakan pasta gigi saja (21% vs 32%,P = 0,04). Pasta gigi/obat kumur CPLE memberikan alternatif yang berkhasiat dan alami untuk pasta gigi bebas SLS +/-Obat kumur yang mengandung EO ketika digunakan sebagai tambahan untuk perawatan mulut mekanis untuk mengurangi peradangan gingiva interdental. Kata kunci: biofilm; antiinflamasi;Carica pepaya; perdarahan interdental; pasta gigi alami; pasta gigi bebas natrium lauril sulfat; obat kumur; minyak esensial 1. Perkenalan Gangguan mekanis biofilm yang disadari sendiri dengan menyikat gigi dan menyikat gigi interdental adalah metode pencegahan terbaik saat ini untuk mencegah dan mengurangi peradangan gingiva [1]. Tindakan mekanis ini tidak cukup tanpa menggunakan produk kimia sebagai pasta gigi. Bahan kimia, seperti triclosan, sodium lauryl sulfate (SLS), dan propylparaben, dan alergen seperti methylisothiazolinone dan methylchloroisothiazolinone, serta chlorhexidine, telah ditambahkan ke pasta gigi untuk memperkuat aksi antibakterinya. Produk-produk ini dapat menimbulkan risiko kesehatan manusia [2-5]. Beberapa dari zat ini menunjukkan efek samping yang tidak diinginkan, seperti perubahan rasa dan pewarnaan gigi, dan masih ada keraguan mengenai dampak merugikan pada fungsi endokrin, terutama kesuburan.6,7]. Beberapa produsen telah pindah dari SLS, klorheksidin dan triklosan dan memperkenalkan surfaktan lain yang kurang mengiritasi seperti polietilen glikol eter non-ionik dari asam stearat [8,9]. Demikian juga, pasta gigi yang mengandung enzim, seperti Zendium®, Enzim®, dan Pasta Gigi Jason Powersmile®, yang bebas SLS, chlorhexidine dan triclosan, juga telah dikembangkan sebagai alternatif agen kemoterapi pasta gigi. Agen antimikroba yang ada dalam pasta gigi tidak dapat secara efektif menembus area yang sulit dijangkau di rongga mulut, mengakibatkan akumulasi bakteri yang tinggal di biofilm di ruang interdental.10,11]. Dalam pengertian ini, obat kumur untuk penggunaan sehari-hari merupakan pelengkap menyikat gigi untuk meningkatkan kesehatan mulut.12,13]. Penting untuk membedakan larutan yang digunakan setiap hari, setelah atau sebelum menyikat gigi, dari larutan yang bertujuan terapeutik, yang seringkali berstatus obat dan yang penggunaannya harus jauh lebih tepat waktu. Solusi terapeutik ini biasanya diresepkan setelah operasi mulut, pencabutan gigi atau cedera terkait perangkat [14,15]. Karena dosis tinggi klorheksidin (minimum 0,2%), larutan terapeutik ini juga merupakan antiseptik yang baik. Efek dari larutan pembawa alkohol versus obat kumur minyak esensial (EO) (misalnya timol, mentol, eucalyptol dan metil salisilat) sebagai obat kumur harian dalam kaitannya dengan sifat antiplak dan antigingivitis telah dibahas [16]. Pertanyaan yang belum terjawab adalah apakah pasta gigi dan obat kumur yang digunakan dalam kombinasi memiliki efek signifikan pada parameter peradangan, tanpa menyebabkan gangguan terkait efek penghambatannya pada plak, terlepas dari urutan penggunaannya [17]. Semakin banyak konsumen yang menggunakan produk kesehatan alami di dunia modern [18]. Dalam beberapa tahun terakhir, obat kumur yang mengandung senyawa alami (tidak termasuk EO) telah menunjukkan pertumbuhan permintaan di pasar dan komunitas profesional [19]. Semakin banyak dokter gigi yang menganut filosofi bahwa bahan alami lebih baik untuk kesehatan mulut anak-anak dan masyarakat umum [20]. Mengingat peningkatan resistensi bakteri terhadap antibiotik yang saat ini digunakan dalam kedokteran gigi, senyawa alami penting untuk pencegahan pertumbuhan bakteri rongga mulut, adhesi dan kolonisasi.21]. Obat-obatan herbal, termasuk herbal, bahan herbal, sediaan herbal, produk herbal jadi yang mengandung bagian tanaman atau bahan tanaman lain sebagai bahan aktif, dan berbagai tanaman obat, baik secara individu atau dalam kombinasi, telah digunakan selama lebih dari 2000 tahun untuk menjaga kebersihan mulut dan untuk mencegah peradangan [22-24]. Tinjauan umum ekstrak tumbuhan yang representatif menemukan bahwa mereka memiliki sifat antimikroba yang menguntungkan terhadap bakteri mulut [25]. Ramuan obat bebas efek samping–akasia chundra Willd, Adhatoda vasica perlu, Mimusops elengi L., Piper nigrum L., Pongamia pinnata (L.) Pirerre, Infeksi Quercus Oliv, dll.—mungkin melengkapi atau bahkan menjadi pengganti agen anti infeksi konvensional dalam memerangi periodontitis dan penyakit terkait biofilm lainnya [26-28]. Sifat antimikroba dari pasta gigi dan obat kumur herbal sangat bervariasi; Namun; beberapa dari produk ini telah menjalani pengujian yang ketat, sebagaimana dibuktikan oleh terbatasnya jumlah informasi tentang keamanan dan kemanjurannya dalam literatur [29]. Pasta gigi berlabel “alami” biasanya tidak mengandung bahan-bahan seperti pemanis sintetis, pewarna buatan, pengawet, aditif, atau perasa dan pewangi sintetis [30]. Penelitian klinis tentang obat kumur dan pasta gigi berbasis herbal sangat terbatas, sedangkan banyak penelitian tentang produk perawatan mulut konvensional.27]. Diantara produk tersebut, pasta gigi/obat kumur alami berupa air yang dicampur dengan bedak yang mengandungCarica pepaya ekstrak daun (CPLE) baru-baru ini dipasarkan di Eropa (Gencix®). Namun, sejauh pengetahuan kami, belum ada penelitian yang menyelidiki tindakan anti-inflamasi CPLE. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk membandingkan efikasi dalam mengurangi perdarahan gingiva interdental antara pasta gigi/obat kumur alami yang mengandung CPLE dan pasta gigi klasik yang mengandung enzim bebas SLS, sendiri atau terkait dengan obat kumur EO. 2. Bahan-bahan dan metode-metode 2.1. Desain Studi Penelitian ini dirancang sebagai single-blind, empat kelompok, acak, terkontrol, uji klinis paralel. Pedoman Pernyataan CONSORT diikuti. Protokol penelitian ditinjau dan disetujui oleh Komite Dewan Etika Institusional pada penelitian yang melibatkan manusia, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Granada, Spanyol. Informed consent tertulis sesuai dengan Deklarasi Helsinki diperoleh dari semua individu yang terdaftar. Pendaftaran Uji Klinis—2018-000905-22. Terdaftar 28 Februari 2018 (terdaftar secara retrospektif). Peserta sukarelawan yang memenuhi syarat secara acak ditugaskan ke salah satu dari empat kelompok eksperimen, yang masing-masing termasuk 25 peserta menggunakan generator nomor acak (www.random.org). Untuk mencapai ukuran sampel yang sama pada kedua kelompok dan secara bersamaan memenuhi prosedur pengacakan untuk mencapai kelompok yang seimbang sehubungan dengan variabel yang paling relevan (jenis kelamin dan perdarahan awal), pengacakan blok bertingkat (dua tingkat untuk jenis kelamin dan dua tingkat untuk perdarahan awal) ( dengan bantuan komputer) metode yang digunakan. Pendarahan awal didefinisikan sebagai persentase situs perdarahan per peserta sebagai berikut: tingkat perdarahan yang tinggi jika peserta memiliki:≥30% situs perdarahan dan tingkat perdarahan yang rendah jika peserta memiliki <30% situs perdarahan [31]. Setiap peserta diidentifikasi menggunakan kode. Metode tidak diubah setelah persidangan dimulai. 2.2. Peserta Populasi sumber terdiri dari subyek sehat sukarela berusia 18-26. Responden diyakinkan bahwa partisipasi bersifat sukarela. Seratus empat puluh satu orang secara sukarela berpartisipasi dalam penelitian ini. Semua kandidat disaring untuk kesesuaian oleh tim peneliti. Subyek yang memenuhi kriteria inklusi berikut dimasukkan dalam penelitian ini. Kriteria inklusi seleksi adalah (i) berusia 18-26 tahun; (ii) kesehatan umum yang baik dan tidak hamil atau menyusui; (iii) adanya setidaknya 20 gigi asli (tidak termasuk gigi geraham ketiga); (iv) bukan perokok; (v) bersedia memberikan persetujuan tertulis; (vi) mampu mengikuti penelitian selama 4 minggu; (vii) tidak alergi terhadap produk perawatan pribadi atau bahan-bahannya; (vii) bersedia untuk tidak menggunakan alat penyikatan interdental (sikat interdental, benang gigi, dll. ) selama penelitian; (ix) tidak ada implan atau peralatan ortodontik; (x) bersedia untuk tidak menggunakan suplemen sikat gigi yang mengandung bahan antibakteri seperti amina fluorida, klorheksidin, ion perak, dll selama penelitian; dan (xi) menyikat gigi minimal dua kali sehari. Kriteria eksklusi adalah (i) subjek tidak mampu atau tidak mau menandatangani formulir persetujuan, (ii) tidak dapat menjawab pertanyaan, (iii) tidak kooperatif, (iv) keadaan kesehatan yang memerlukan premedikasi sebelum kunjungan atau prosedur gigi, (v) subjek dengan patologi berikut: diabetes, hemofilia, pengobatan antikoagulan, dan risiko endokarditis infeksiosa, (vi) adanya penyakit periodontal sedang atau lanjut, (vii) 2 atau lebih gigi berlubang selama pemeriksaan atau penyakit lain pada jaringan keras atau lunak rongga mulut, (viii) penggunaan obat-obatan yang mempengaruhi aliran saliva, (ix ) penggunaan antibiotik atau obat antimikroba dalam waktu 30 hari sebelum kunjungan studi, (x) partisipasi dalam studi klinis lain dalam 1 minggu sebelum pendaftaran dalam penelitian ini, (xi) subjek yang memerlukan perawatan gigi atau profilaksis oral lainnya selama tanggal penelitian , (xii) alergi terhadap bahan pasta gigi, (xiii) alergi terhadap beberapa komponen obat kumur,(xiv) adanya alat ortodontik, (xv) riwayat alergi terhadap pengobatan alami seperti ramuan herbal, (xvi) defisiensi imun, (xvii) perokok (konsumsi harian lebih dari atau sama dengan 1 batang rokok), (xviii) penggunaan sikat interdental atau benang gigi secara teratur (lebih dari sekali seminggu) selain menyikat gigi, (xix) penggunaan obat kumur secara teratur (lebih dari sekali seminggu) dan (xx) subjek yang membutuhkan mobilitas geografis. Semua sukarelawan yang memenuhi syarat diberi informasi lisan tentang produk dan tujuan penelitian. Semua subjek sewaktu-waktu dapat mengundurkan diri dari penelitian. Diagram alir studi ditunjukkan pada Gambar1. Gambar 1. Diagram alir penelitian. 2.3. Intervensi Penelitian dilakukan di Divisi Pencegahan, Klinik Gigi, Universitas Granada, Spanyol. Pada awal, April 2017, peserta yang diperiksa sebelumnya dirujuk ke klinik untuk pemeriksaan (gingivitis, kondisi periodontal, dan perdarahan). Sebuah probe kolorimetri (IAP Curaprox; Curaden, Kriens, Swiss) digunakan untuk mengevaluasi diameter ruang interproksimal, kecuali antara molar kedua dan ketiga, untuk menentukan ukuran yang sesuai dari sikat interdental (IDBs) untuk setiap situs.32]. Setelah pemeriksaan lisan dasar dan penilaian kriteria inklusi/eksklusi lainnya, peserta yang memenuhi syarat secara acak ditugaskan ke salah satu dari empat kelompok berikut (Gambar1): (i) Grup G: pasta gigi uji CPLE; (ii) Kelompok G + M: uji pasta gigi CPLE dengan obat kumur CPLE; (iii) Kelompok Z: kontrol dengan pasta gigi yang mengandung enzim bebas SLS; (iv) Kelompok Z + L: kontrol dengan pasta gigi bebas enzim yang mengandung SLS dan obat kumur EO berbasis alkohol. Semua peserta diberikan produk yang ditugaskan dalam jumlah yang cukup. Mereka diminta untuk menyikat selama total waktu penelitian dua kali sehari selama 2 menit hanya menggunakan sikat gigi yang disediakan dan pasta gigi/obat kumur yang diberikan. Kelompok G+M dan Kelompok Z+L diarahkan untuk menggunakan 20 mL CPLE atau obat kumur EO berbasis alkohol dua kali sehari selama 30 detik setelah menyikat gigi. Pembilasan dan pembilasan pertama pada kunjungan pemeriksaan terjadi di bawah pengawasan di lokasi penelitian. Semua pembilasan lainnya tidak diawasi. Pembilasan selanjutnya dengan air tidak diperbolehkan. Penggunaan produk gigi lain atau alat bantu pembersihan interdental selama penelitian tidak diperbolehkan. 2.4. Deskripsi Pasta gigi dan obat kumur Pasta gigi dan obat kumur CPLE digunakan setelah pengenceran bubuk dalam air. Bubuk tersebut mengandung ekstrak air dariCarica pepaya daun (40%) dengan batu apung (60%) (Gencix®, Esprit d'Ethique, Orvault, Prancis). Int. J.Lingkungan. Res. Kesehatan masyarakat2018, 15, 2660 5 dari 16 Pasta gigi yang mengandung enzim bebas SLS mengandung natrium fluorida, kolostrum, laktoperoksidase, lisozim glukosa oksidase dan amiloglukosidase (Zendium® klasik, Sara Lee, Amersfoort, Belanda). Obat kumur EO berbasis alkohol mengandung bahan aktif eucaliptol (0,092%), mentol (0,042%), metil salisilat (0,060%), dan timol (0,064%). Bahan tidak aktif antara lain air, alkohol (21,6%), asam benzoat, poloxamer 407, asam benzoat, dan penyedap rasa (Listerine® mint keren®, Produsen Produk Perawatan Kesehatan Johnson & Johnson, Maidenhead, Inggris Raya). 2.5. Penilaian dan Hasil Semua individu yang dipilih diikuti setelah kunjungan inklusi (T0) selama 4 minggu dengan konsultasi gigi mingguan sebagai berikut: Minggu 1 (T1), Minggu 2 (T2), Minggu 3 (T3) dan Minggu 4 (T4). Konsultasi ini melibatkan penilaian visual perdarahan gingiva interdental dan plak supragingiva (PI) oleh pemeriksa gigi terlatih dan terkalibrasi. Gingivitis dinilai menggunakan Bleeding on Interdental Brushing Index (BOIP) pada ruang interdental. Semua situs interdental dicatat, seperti respons perdarahan terhadap tekanan horizontal yang diterapkan di area interdental oleh IDB yang dikalibrasi. Setelah 30 detik, perdarahan pada setiap unit gingiva dicatat menurut skala berikut: 0, tidak adanya perdarahan; dan 1, pendarahan. Protokol probing selalu sama, dimulai dari ruang interdental 16-17 dan berakhir di ruang interdental 46-47. Pada setiap kunjungan selama periode evaluasi, sikat interdental yang dikalibrasi dimasukkan ke dalam ruang interproksimal, dan adanya perdarahan diamati. Tekanan yang diberikan oleh sikat horizontal di area interdental harus kuat dan terus menerus sampai mencapai kompresi maksimum dengan ketidaknyamanan minimal pada pasien. Tekanan yang digunakan untuk menempatkan IDB adalah sekitar 50-100 N·cm-2 (0,20-0,40 gram-force), dan 83% peserta diberi skor Skala Analog Visual sebesar ≤1. Lebih jelasnya dapat ditemukan pada penelitian sebelumnya [31]. Skor plak dinilai menggunakan skala standar yang disebut Turesky Modification of the Quigley Hein Plaque Index setelah diungkapkan dan diberi skor dari 0 sampai 5, di mana 0 = tidak ada plak, 1 = flek terpisah atau pita terputus-putus pada gingiva (serviks) margin, 2 = pita plak tipis (sampai 1 mm), kontinu pada margin gingiva, 3 = pita plak yang lebih lebar dari 1 mm tetapi kurang dari 1/3 permukaan, 4 = plak yang menutupi 1/3 atau lebih, tetapi kurang dari 2/3, dari permukaan, dan 5 = plak menutupi 2/3 lebih dari permukaan [33]. Titik akhir efikasi primer adalah persentase situs perdarahan pada empat minggu, dan titik akhir sekunder termasuk rata-rata BOIP pada satu, dua dan tiga minggu dan rata-rata PI pada satu, dua, tiga, dan empat minggu. 2.6. Perhitungan Ukuran Sampel Perhitungan ukuran sampel (situs interdental) dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Sample Power 2.0 (SPSS, Chicago, IL, USA). AT-tes untuk kelompok independen digunakan untuk mendeteksi kekuatan 80% dan kesalahan alfa 5% untuk perkiraan Cohen's d 0,5, ukuran efek sedang menurut skala Cohen, untuk perdarahan setelah penggunaan sikat interdental. Kami membutuhkan 256 situs interdental a-priori (64 per grup, 4 grup). Setelah mempertimbangkan efek desain (karena situs interdental dikelompokkan dalam peserta) 5.0 (diperkirakan dari pengalaman sebelumnya dengan IDB ini) dalam memperkirakan persentase perdarahan, ukuran sampel meningkat menjadi 1280 situs interdental (= 256× 5). Selanjutnya, setelah mempertimbangkan bahwa sekitar 80% dari situs interdental akan tersedia untuk analisis (yaitu, 20% akan dikeluarkan karena kurangnya ruang untuk memasukkan IDB, adanya diastema atau gigi yang hilang), ukuran sampel meningkat menjadi 1600 situs interdental (=1280/0,80). Mempertimbangkan 26 lokasi interdental a-priori per peserta, ini menghasilkan ukuran sampel minimal 61 peserta (yaitu, sekitar 15 peserta per kelompok). 2.7. Analisis data Variabel keluaran adalah tingkat perdarahan interproksimal di lokasi interproksimal setelah salah satu dari empat pasta gigi/obat kumur yang tersedia secara komersial. Unit statistik adalah situs interdental individu dengan pengukuran BOIP yang tersedia. Setelah analisis deskriptif awal, proporsi situs interdental perdarahan individu di antara kelompok perlakuan dibandingkan. Kesalahan standar (se) dihitung menurut metode Dubey dan rekan [34]. Secara paralel, perubahan relatif dalam proporsi situs perdarahan dari T0 ke T4 dinilai dalam setiap kelompok. SemuaP-nilai dikoreksi untuk pengambilan sampel yang kompleks (beberapa situs interdental di dalam mulut). Kemudian, analisis dilakukan lebih lanjut setelah membatasi data pada subjek dengan≥70% dari situs interdental berdarah (nilai median). Dalam analisis ini, kami menggunakan perbandingan univariat berpasangan, dilakukan setiap minggu dari awal (T0) sampai minggu ke-4 (T4). Metode statistik ditunjukkan dalam catatan kaki tabel. Mengingat kemungkinan hilangnya komparabilitas kelompok acak karena pembatasan, model logistik bertingkat multivariat dihitung pada T4, menyelidiki risiko perdarahan interdental sebagai variabel dependen dengan kelompok perlakuan (G vs Z) sebagai variabel penjelas utama. Statistik deskriptif (P-nilai dan kesalahan standar) dilakukan dengan SPSS Windows 20.0 (IBM Inc., Chicago, IL, USA) untuk analisis berdasarkan pasien. SUDAAN 7.0 (RTI, RTP, NC) digunakan untuk menghitung pengelompokan (beberapa ruang interproksimal dalam pasien) untuk analisis berdasarkan ruang interproksimal. Metode statistik ditunjukkan dalam catatan kaki tabel. 3. Hasil 3.1. Karakteristik Dasar 3.1.1. Karakteristik Subjek Dari 141 subjek yang mengajukan diri, 33 dikeluarkan berdasarkan kriteria kelayakan. Delapan peserta keluar karena alasan yang tidak terkait dengan protokol penelitian (Gambar1). Secara total, 100 peserta (47 laki-laki, 53 perempuan) menyelesaikan semua kunjungan uji klinis ini dan memiliki usia rata-rata 23,2 (±3.0) tahun (kisaran: 19–33 tahun). Semua parameter klinis terdistribusi normal. Proporsi rata-rata situs perdarahan interdental per subjek pada awal berkisar 62-69% pada kelompok yang berbeda. Proporsi median tempat perdarahan per subjek mendekati 65% (Tabel1). Pada tingkat tempat pengambilan sampel, indeks plak keseluruhan untuk kelompok G, Z, G + M dan Z + L adalah 0,82± 0,19; 0,90± 0,21; 0,87± 0,19 dan 0,76 ± 0,30 masing-masing. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam akumulasi plak antara empat kelompok atau empat titik waktu. Nilai kehilangan perlekatan klinis rata-rata (CAL) (mm) adalah 1,45± 0,20; 1.37± 0,24; 1.60± 0,32 dan 1,54 ± 0,38 (P > 0,05), masing-masing. Tidak ada masalah keamanan yang diperhatikan untuk setiap pasien selama masa studi. Tabel 1. Distribusi karakteristik subjek pada awal (n = 100). Grup G (N = 25) Grup Z (N = 25) Grup G + M (N = 25) Grup Z + L (N = 25) Global P-Nilai Variabel Jenis Kelamin, N (%) Pria Perempuan % Situs berdarah, berarti ± SD Subyek Perdarahan, N (%) ≥30% situs Pendarahan≥ 70% situs Pendarahan 0,932 A 11 (44.0) 14 (56.0) 66 ± 20 13 (52.0) 12 (48.0) 63 ± 26 12 (48.0) 13 (52.0) 69 ± 22 11 (44.0) 14 (56.0) 62 ± 27 0,759 B 23 (92.0) 12 (48.0) 22 (88.0) 11 (44.0) 24 (96.0) 15 (60,0) 22 (88.0) 12 (48.0) 0,719 A 0,700 A A uji chi-kuadrat. B Analisis varians. 3.1.2. Situs Interdental Dari 2600 situs interdental a-priori yang tersedia (yaitu, 100 subjek) × 26 situs/subjek interproksimal), 13 dikeluarkan karena kurangnya ruang untuk memperkenalkan IDB, 28 untuk gigi yang hilang dan 286 untuk diastema, sehingga total 2273 situs interdental tersedia untuk analisis (Gambar 1). Distribusi situs interdental menurut lokasi adalah posterior-atas (n = 752, 33,1%), posterior-bawah (n = 757, 33,3%), anterior-atas (n = 392, 17,2%) dan anterior-bawah (n = 372, 16,4%). Menurut diameter IDB, distribusinya adalah 1,1 mm (n = 88, 3,9%), 0,9 mm (n = 284, 12,5%), 0,8 mm (n = 589, 25,9%), 0,7 mm (n = 720, 31,7 %) dan 0,6 mm (n = 592, 26,0%). Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok untuk lokasi situs (P = 0.30) atau diameter IDB (P = 0,35, P-nilai dihitung dengan uji chi-kuadrat, dikoreksi untuk beberapa situs dalam pasien dengan CROSSTAB di SUDAAN 7.0). 3.2. Analisis Inferensial 3.2.1. Perubahan Pendarahan Gingiva di Setiap Kelompok dari T0 ke T4 Penurunan monoton yang menonjol pada perdarahan situs interdental diamati antara T0 dan T4 pada subjek dari semua kelompok, terlepas dari tingkat perdarahan interdental awal (Gambar 2). Secara keseluruhan, proporsi situs perdarahan per subjek secara substansial menurun di semua kelompok dari-59% ke -72%, (P < 0,01 untuk semua), meskipun tren ini lebih menonjol di Grup G + M (Tabel 2). 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% T0 T1GrTo2upTG3 Grup G T4 T0 T1GrTo2upTZ3 Grup Z T4 T0 GTr1ouTp2G T+ 3MT4 Grup G+M T0 G Grup Z+L T1rouTp2Z T+ 3L T4 Gambar 2. Evolusi perdarahan interproksimal oleh kelompok di 2273 situs interdental (100 subjek). Grup G: tes Carica pepaya ekstrak daun (CPLE) pasta gigi; Kelompok G + M: uji pasta gigi CPLE dengan obat kumur CPLE; Grup Z: kontrol dengan pasta gigi bebas enzim yang mengandung sodium lauryl sulfate (SLS); Grup Z + L: kontrol dengan pasta gigi bebas enzim yang mengandung SLS dan obat kumur minyak esensial berbasis alkohol; T0: dasar; T1: 1 minggu; T2: 2 minggu; T3: 3 minggu; T4: 4 minggu. Setelah membatasi analisis untuk pasien dengan ≥70% situs perdarahan di T0, besarnya penurunan dari T0 ke T4 sedikit lebih tinggi di semua kelompok (dari -54% ke -65%, P < 0,01 untuk semua, Tabel 3). Menariknya, penurunan proporsional pada daerah interdental yang berdarah selama periode empat minggu cenderung sedikit lebih besar pada subjek dengan 70% atau lebih tempat perdarahan pada awal dibandingkan dengan populasi penelitian secara keseluruhan

Carica Papaya Mouthwash for Reducing Dental Plaque

Carica Pepaya Mouthwash untuk Mengurangi Plak Gigi Mendez J, DDs, Msc1,2* dan Villasanti U, DDs, Msc2 1Instituto Regional de Investigación en Salud, Universidad Nacional de Caaguazú, Paraguay 2Facultad de Odontología, Universidad Nacional de Caaguazú, Paraguay Cek untuk * Penulis yang sesuai: Julieta Méndez, Instituto Regional de Investigación en Salud, Universidad Nacional de Caaguazú, Arah: Tuyuti y Mariscal Estigarribia, Coronel Oviedo, Paraguay, Telp: +595-985-300-046 Abstrak Paraguay merupakan negara yang banyak menggunakan produk herbal yang mengandung tumbuhan sebagai bahan aktifnya. Penggunaan herbal populer terutama karena alasan yang aman dan mudah didapat. Dalam hal obat kumur yang merupakan pelengkap menyikat gigi, penggunaanCarica pepaya telah dipelajari. Kata kunci Pepaya, Obat Kumur, Herbal Saat ini tren menggunakan produk kesehatan alami karena pencarian alternatif yang cocok dan terjangkau. Hal ini terutama terjadi di Paraguay, yang merupakan negara yang banyak menggunakan produk herbal yang mengandung tumbuhan sebagai bahan aktifnya. Herbal sedang dieksplorasi secara luas untuk menemukan alternatif untuk agen antibakteri sintetis karena mudah didapat, hemat biaya dan tidak memiliki efek samping. Carica pepaya banyak dibudidayakan di negara tropis dan subtropis dan digunakan sebagai makanan serta obat tradisional untuk mengobati berbagai penyakit [1]. Carica pepaya Bijinya mengandung senyawa kimia seperti saponin, tanin, alkaloid dan flavonoid yang mampu menunjukkan aktivitas anti inflamasi dan antibakteri.2]. penggunaan dari Carica pepaya sebagai obat kumur telah dipelajari. Sebuah uji klinis menyimpulkan bahwa Carica pepaya pasta gigi ekstrak daun efektif dalam mengurangi perdarahan dan peradangan gingiva.3]. Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwaCarica pepaya obat kumur yang digunakan sendiri aman, seperti yang disebutkan dalam in vitro belajar [4], tetapi tidak berarti tidak adanya hasil yang merugikan. Uji klinis lain menyimpulkan bahwa obat kumur herbal dari biji kering C. pepaya sebagai tambahan untuk scaling memberikan pendekatan yang lebih menguntungkan dalam pengobatan gingivitis yang diinduksi plak, periodontitis dan juga bau mulut.5]. Studi ini menyatakan bahwa jumlah tanin yang tinggi secara proporsional dalam bijiC. pepaya menjelaskan aktivitas antimikroba yang kuat Studi uji klinis lainnya menunjukkan bahwa berkumur dengan 10% Carica pepaya Obat kumur ekstrak biji L. mampu menurunkan skor plak gigi pada pasien gingivitis [2]. Dalam kasus larutan ekstrak daun pepaya 2,5%, efek penurunan indeks plak dan indeks gingiva pada gingivitis sedang adalah sama dengan klorheksidin 0,2% menurut sebuah penelitian [6]. Keterbatasan penelitian ini adalah sampel yang kecil dan tindak lanjut yang singkat. Sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada waktu yang lama dan sampel yang lebih besar. Referensi 1. Nguyen TTT, Shaw PN, Parat MO, Hewavitharana AK (2013) Aktivitas antikanker carica papaya: Sebuah tinjauan. Mol Nutr Food Res 57: 153-164. 2. Rohman N, Suryono SH, Al Sri Koes Soesilowati SU (2016) Pengaruh berkumur dengan larutan ekstrak biji pepaya (carica papaya l.) 10% terhadap skor plak gigi pada penderita gingivitis. 3.Saliasi I, Llodra JC, Bravo M, Tramini P, Dussart C, dkk. (2018) Pengaruh pasta gigi / obat kumur yang mengandung ekstrak daun pepaya carica pada perdarahan gingiva interdental: Sebuah uji coba terkontrol secara acak. Kesehatan Masyarakat Int J Environ Res 15: 2660. 4. Bhayya DP, Singh M, Dadarya S, Kumar P, Tiwari S, dkk. (2019) Untuk mengevaluasi dan membandingkan aktivitas antibakteri punicagranatum segar, ekstrak syzygiumcumini 5. Rangaraju VM, Mousin S, Babu HM, Dasappa S (2019) Khasiat ekstrak biji pepaya carica pada periodontitis: Sebuah studi klinis-mikrobiologi. Int J Perawatan Mulut Res 7: 35. 6. Ardyanti R, Regina TC Tandelilin, Alma L, Jonarta MK (2017) Pengaruh berkumur ekstrak daun pepaya (carica papaya l.) 2,5% terhadap akumulasi plak dan status gingiva pada penderita gingivitis sedang kategori.

Selasa, 05 Oktober 2021

Kesehatan Gigi dan Mulut

Kesehatan gigi atau sering disebut dengan kesehatan rongga mulut adalah keadaan rongga mulut, termasuk gigi geligi dan struktur jaringan pendukungnya bebas dari penyakit dan rasa sakit, berfungsi secara optimal, yang akan menjadikan percaya diri serta hubungan interpersonal dalam tingkatan paling tinggi (Sriyono, 2009)